MEMBUAT RESOLUSI KEUANGAN DI AWAL TAHUN
Bulan Januari biasanya Anda sibuk membuat
resolusi. Termasuk juga resolusi keuangan. Resolusi sering diucapkan dan
berjanji dalam hati, kadang juga ditulis, seperti:
1. Mau lebih sering menabung
2. Mau untuk tertib zakat dan lebih banyak berderma atau sedekah
3. Mau mengurangi cicilan hutang atau melunasi hutang
4. Mau punya dana cadangan yang cukup
5. Mau punya asuransi
6. Mau mengurangi belanja di luar
7. Mau punya investasi
8. Mau liburan
Dan lain-lain
Semua tekad di atas itu tidak salah, justru
bagus, tapi jika diperhatikan lebih lanjut semuanya butuh sumber daya, termasuk
uang. Walaupun Anda sering berujar sendiri ‘uang bukan segalanya” tapi
kenyataannya hampir segalanya butuh uang.
Untuk mencapai & melakukan tekad-tekad
tadi, harus jelas dulu kebutuhan uangnya.
1. Mau lebih sering menabung
maksudnya mau menabung berapa? dalam periode
kapan? kapan dimulai? Apakah menabung secara reguler dan rutin tiap bulan?
Apakah menabung dalam rekening khusus yang dipisahkan dengan rekening
operasional?
Setidaknya minimal rasio menabung yang sehat adalah 10% dari Penghasilan
Bulanan.
2. Mau tertib zakat, sedekah atau amal
Ibarat Anda makan atau minum, dan untuk
metabolisme tubuh Anda, pasti akan sakit apabila Anda (mohon maaf) tidak buang
air kecil atau besar.
Sama dengan penghasilan yang Anda terima, di dalam terdapat
hak untuk rakyat miskin dan berhak, apabila Anda tidak mengeluarkannya akan
sama saja merampok hak orang miskin, dan ibarat perumpamaan di atas apa yang
sudah dikeluarkan tidak dicari-cari lagi.
Biasakan pengeluaran ini langsung dikeluarkan
begitu mendapat rejeki apa
pun, dan jangan ditunda lagi.
Sedekah pun dapat sebagai leverage atau
pengungkit keuangan Anda.
Besarnya bervariasi mulai dari 2,5% persen
sampai dengan 10% atau lebih.
Bagi yang muslim ingat untuk yang menyimpan
emas 85 gram atau 20 dinar lebih dari 1 tahun, wajib juga untuk disisihkan
zakatnya 2,5% atau 1 dinar.
3. Mau mengurangi cicilan hutang atau melunasi hutang
Hutang dapat menjadi baik, juga dapat menjadi
buruk. Untuk hutang produktif masih bisa untuk dilakukan.
Apa yang dimaksud hutang produktif? Hutang
produktif adalah hutang yang digunakan untuk membeli asset yang akan meningkat
nilainya seiring berjalannya waktu, atau asset tersebut akan menghasilkan
pendapatan yang sama atau lebih besar dari cicilan hutang. Contoh : kredit
pemilikan rumah (KPR), kepemilikan logam mulia (KLM), kredit kendaraan bermotor
(KKB).
Sedangkan untuk hutang konsumtif paling
panjang tenornya satu tahun, dan secepat mungkin untuk dilunasi. Untuk total
cicilan hutang sebaiknya tidak melebihi 30% dari penghasilan kotor bulanan,
4. Mau punya dana cadangan yang cukup
Dana cadangan ini sama dengan dana darurat.
Apa yang dimaksud dengan dana darurat itu?
Dana darurat adalah suatu dana yang telah
dialokasikan secara terpisah, untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya sangat
darurat, dengan tujuan masih dapat berinvestasi walaupun ada kebutuhan darurat.
Besarnya dana darurat ini bervariasi mulai
dari 6 bulan sampai dengan 12 kali pengeluaran bulanan, tergantung dari status
(single atau menikah) dan kebutuhan jika terjadi PHK, butuh berapa bulan untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan penghasilan yang sama atau lebih.
Idealnya single 6 kali pengeluaran bulanan,
pasangan menikah bisa 6 sampai 12 kali pengeluaran bulanan, sedangkan untuk
yang berpenghasilan tidak tetap biasanya kebutuhan dana daruratnya lebih besar
sampai dengan 12 kali pengeluaran bulanan.
5. Mau punya asuransi
Saya sendiri termasuk perencana keuangan yang
tidak mewajibkan klien saya untuk mempunyai asuransi jiwa, dengan catatan
keluarga tersebut telah mempunyai aset yang dapat memberikan penghasilan
bulanan yang sesuai dengan pengeluaran bulanan, apabila pencari nafkah tersebut
mendapatkan risiko meninggal atau tidak dapat bekerja lagi karena suatu
kondisi. Apabila aset tersebut belum ada maka sebaiknya dibuat penggantian atas
aset tersebut dengan membeli asuransi jiwa.
Sedangkan untuk asuransi kesehatan sebaiknya
seluruh anggota keluarga dilindungi asuransi ini. Asuransi kesehatan ini
biasanya diberikan oleh pemberi kerja, dan jika belum terpenuhi maka sebaiknya
Anda membeli asuransi ini.
Saya sangat menyarankan tidak membeli produk
asuransi yang digabungkan dengan investasi, karena biayanya yang cukup mahal.
Asuransi pada hakekatnya dicatat sebagai biaya rumah tangga, dan investasi
dicatat sebagai aset. Nah pencatatan keduanya tidak bisa disatukan.
Untuk asuransi properti, preminya pun tidak
mahal, maksimal 0,2 % dari nilai properti Anda.
Untuk premi total dari seluruh asuransi kurang
lebih di kisaran angka 10% dari penghasilan kotor Anda per bulan atau per tahun.
6. Mau mengurangi belanja di luar
Berapa jumlahnya? Akan digunakan untuk apa
hasil penghematannya?
untuk belanja ini sebaiknya sesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan
kemampuan.
Idealnya besaran keinginan adalah kurang atau sama dengan kebutuhan anda.
Dan besaran kebutuhan adalah kurang dari
kemampuan Anda.
Anda dapat saja membeli sesuatu sesuai keinginan yang di
luar kemampuan Anda, namun akibatnya adalah Anda memaksakan diri dengan harus
berhutang atau sebenarnya tidak layak atas barang tersebut.
7. Mau punya investasi
Mau punya investasi apalagi, harus jelas
jumlah uang yang mau diinvestasikan, hasil investasinya akan digunakan untuk
apa? Jangan tergiur dengan hasil investasi yang besar, karena pengembalian
investasi yang besar juga memiliki risiko yang besar. tapi teliti dulu
bagaimana cara kerja investasi tersebut.
Sebaiknya Anda menyehatkan keuangan Anda
terlebih dahulu, sebelum berinvestasi.
8. Mau liburan
Contoh yang paling mudah, Anda ingin berlibur
ke Singapura. Sebelumnya harus tahu berapa dana yang dibutuhkan liburan seperti
: tiket pesawat, hotel, makan, ongkos jalan-jalan dan oleh-oleh. Misalnya butuh
5juta, dan Anda baru ada 1juta berarti Anda harus dengan cara menabung untuk
memenuhi sisanya. Jadi resolusi Anda untuk berlibur ke Singapura adalah
mengumpulkan uang 4juta dalam beberapa bulan. dimulai Anda dari 1juta yang
sudah ada.
Ternyata banyak yang harus dicek jika mau
membuat resolusi. Memang Anda sering gagah-gagahan dengan membuat
resolusi yang canggih-canggih, tapi apakah Anda sudah mengukur posisi Anda
sampai dimana? Dengan resolusi (plus tujuan) yang ingin dicapai, kurang
seberapa jauh lagi.
Sama juga kalo Anda punya resolusi & tujuan keuangan yang lebih rumit,
misalnya membeli reksadana untuk dana pendidikan anak. Sebelum Anda memutuskan
membuat eksekusi transaksinya, Perlu dicek beberapa hal berikut:
1. apakah sudah mempunyai dana darurat?
2. Apakah Anda sudah menghapus hutang konsumtif?
3. Apakah total cicilan hutang sudah di bawah 30% dari
penghasilan bulanan?
4. Apakah Anda sudah mempunyai asuransi?
Pastinya Anda tidak ingin bila terjadi keadaan
darurat (termasuk musibah) , membuat Anda harus menjual reksadana tadi yang
sedianya disiapkan untuk sekolah anak?
Awal tahun memang waktu yang tepat membuat
resolusi keuangan, setelah sebelumnya Anda mengevaluasi keuangan akhir tahun
dari arus kas bulanan dan neraca kekayaan pribadi Anda.
Anda dapat menilai kembali aset-aset Anda, mungkin juga nilai rumah Anda sudah
naik melebihi ekspektasi, atau mungkin nilai reksadana yang justru turun
nilainya.
jadi membuat Anda lebih mudah untuk membuat
target di depan. Apabila ada tujuan keuangan yang sudah tercapai, Anda tidak perlu
lagi meneruskannya di periode berikutnya. Apabila ada yang belum tercapai, Anda
harus tahu berapa kekurangannya. Oleh karena itu evaluasi penting sebelum
membuat resolusi.
Bagi yang belum membuat resolusi keuangan
apalagi evaluasi kondisi keuangannya, belum terlambat untuk memulainya dari
sekarang. Mumpung tahun barunya
masih sebulan lagi. (bisnisan.id)
Posting Komentar untuk "MEMBUAT RESOLUSI KEUANGAN DI AWAL TAHUN"