Definisi Activity Based Costing dan Penerapannya
Definisi Activity Based Costing menurut
Horngren dan Foster (2003) adalah: “An approach to costing that focuses on
activities as the fundamental cost objects. It uses the costs these activities
as the basis for assigning costs to other cost objects such as products,
services or customer”.
Menurut Mulyadi (2003) Activity Based Costing
systems (ABC systems) adalah:
“Activity Based Costing adalah sistem
informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap tentang
aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap
aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta
pengurangan biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai
tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan
dagang”.
Garrison dan Noreen (2003) mendefinisikan
Activity Based Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing is a costing
method that is designed to provide managers cost information for strategic and
other decision that potentially affect capacity and therefore ‘fixed’ costs”.
Menurut Hansen dan Mowen (2003) adalah: “Activity Based Costing systems
first trace cost to activities then to product….”.
Hilton, Maher, dan Selto (2006) memberikan
pengertian Activity Based Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing
or ABC is a costing method that first assigns costs to activies and then to
goods services based on how much each good or service use the activities”.
Jadi Activity Based Costing adalah:
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa definisi Activity Based Costing adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi
yang memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana
aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar.
Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ini
didasarkan pada konsep produk yang mengonsumsi aktivitas dan aktivitas
mengonsumsi sumber daya. Dengan metode ini diharapkan manajemen dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah
(aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi kontribusi terhadap nilai
pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi).
Penerapan Activity Based Costing Systems
Menurut Hansen dan Mowen (2003:122-127),
proses penerapan Activity Based Costing systems dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu:
1. Tahap Pertama
Pada tahap pertama dalam penerapan Activity
Based Costing systems adalah sebagai berikut :
·
Mengidentifikasi aktivitas
·
Membebankan biaya ke pool
biaya aktivitas
·
Aktivitas yang berkaitan
dikelompokkan untuk membentuk kumpulan sejenis.
·
Biaya aktivitas yang
dikelompokkan dijumlah untuk mendefinisikan kelompok biaya sejenis
·
Menghitung tarif (overhead)
kelompok.
2. Tahap Kedua
Dalam tahap ini biaya setiap kelompok
overhead ditelusuri ke produk dengan menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi
oleh masing-masing produk, sehingga biaya aktivitas yang ada dibebankan kepada
produk terhadap setiap aktivitas. Kemudian biaya overhead per unit diperoleh dengan
menelusuri biaya-biaya overhead dari kelompok-kelompok tertentu pada produk.
Total biaya tersebut kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproses dan akan
menghasilkan biaya overhead perunit.
Tiga Langkah dalam merancang Activity Based Costing
systems
Menurut Blocher, Chen, dan Lin (2002)
terdapat tiga langkah utama dalam merancang sebuah Activity Based Costing
systems, yaitu:
·
Mengidentifikasi biaya
sumber daya dan aktivitas
·
Membebankan biaya sumber
daya ke aktivitas
·
Membebankan biaya aktivitas
ke objek biaya
Proses Penerapan Activity Based Costing Systems
Garrison dan Noreen (2003:322) membagi proses
penerapan Activity Based Costing systems menjadi enam tahap:
1.
Mengidentifikasi dan
mendefinisikan aktivitas dan pool aktivitas
2.
Bila mungkin, menelusuri
langsung ke aktivitas dan objek biaya
3.
Membebankan biaya ke pool
biaya aktivitas
4.
Menghitung tarif aktivitas
5.
Membebankan biaya ke objek
biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitas.
6.
Menyusun laporan manajemen.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas mengenai
langkah-langkah dalam penerapan Activity Based Costing, maka dapat disimpulkan
bahwa tahap-tahap penerapan Activity Based Costing (ABC) systems secara umum
adalah sebagai berikut: (1) mengidentifikasikan aktivitas utama dan membuat
kamus aktivitas, (2) menentukan biaya aktivitas-aktivitas tersebut, (3)
mengidentifikasikan ukuran konsumsi untuk biaya aktivitas (penggerak
aktivitas), (4) menghitung tarif aktivitas, (5) mengukur permintaan aktivitas
tiap produk, (6) menghitung biaya produk.
Manfaat Activity Based Costing systems
Activity Based Costing systems memperbaiki
keakuratan perhitungan biaya produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya
overhead tetap, ternyata bervariasi secara proporsional dengan perubahan selain
volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat atau menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing
produk.
Hubungan sebab akibat ini memungkinkan
manajer untuk memperbaiki ketepatan perhitungan biaya produk, yang dapat secara
signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Selain itu, kelompok biaya
overhead tetap yang besar tersebut tidak lagi begitu misterius. Mengetahui
perilaku biaya-biaya tersebut akan memungkinkan manajer untuk menggunakan lebih
banyak pengendalian atas berbagai aktivitas yang menimbulkan biaya-biaya
tersebut.
Beberapa manfaat Activity Based Costing systems
Menurut Cooper dan Kaplan (1991:276),
terdapat tiga manfaat Activity Based Costing systems bagi manajemen perusahaan,
yaitu:
Improved Decision,
perhitungan biaya produk dengan menggunakan Activity Based Costing systems
menghasilkan informasi yang lebih akurat, sehingga manajemen perusahaan dapat
mengambil keputusan dengan tepat karena terhindar dari distorsi yang terjadi
pada perhitungan biaya produk menggunakan sistem tradisional.
Continuous Improvement Activities to Reduce
Overhead Costs, dalam penerapan Activity Based Costing
systems penghematan biaya secara signifikan dapat dilakukan dengan cara
penanganan bahanbaku secara lebih efisien tanpa harus menurunkan harga beli
bahanbaku, mengurangi biaya set up dan membuat penjadwalan produksi. Dengan
disertai perbaikan aktivitas secara terus menerus dan penggunaan informasi yang
lebih akurat maka seharusnya penghematan biaya tersbut dapat tercapai.
Ease of Determining Relevant Cost, Activity Based Costing systems mengurangi kebutuhan untuk melaksanakan
pembelajaran khusus mengenai analisa yang lebih mendalam untuk mendapatkan
informasi yang relevan dalam rangka keputusan tertentu dengan meningkatkan
akurasi dari laporan biaya produk dan menghasilkan biaya secara terpisah dari
keempat kategori aktivitas.
Agar manfaat-manfaat Activity Based Costing
systems diatas didapat dengan optimal, Cooper, Robin, dan Kaplan (1991:372)
mensyaratkan tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu:
1.
Diversitas produk oleh perusahaan termasuk tinggi
Bahwa produk memproduksi berbagai macam jenis
atau lini produk yang diproses dengan menggunakan beberapa fasilitas manufaktur
yang sama, sehingga akan timbul masalah dalam mengalokasikan sumber daya yang
dikonsumsi oleh masing-masing produk.
2.
Perusahaan menghadapi persaingan yang ketat
Bahwa terdapat beberapa perusahaan yang
memproduksi produk sejenis, sehingga dalam keadaan persaingan memperbesar
pangsa pasar ini informasi tentang harga pokok produk yang akurat akan
mendukung berbagai macam pengambilan keputusan manajemen.
3.
Biaya pengukuran dapat dikatakan rendah
Bahwa biaya-biaya pengukuran yang digunakan
untuk menghasilkan informasi biaya produk tersebut haruslah lebih rendah
dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh dimasa yang akan datang.
Kelemahan Activity Based Costing systems
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh
Activity Based Costing systems menurut Carter dan Usry (2002:513), yaitu:
1.
ABC (Activity Based Costing systems) mengharuskan manajer membuat
perubahan radikal dalam cara berpikir mereka mengenai biaya.
Cara yang paling berguna untuk memahami
logika ABC (Activity Based Costing) systems adalah dengan mengakui bahwa
Activity Based Costing memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel, karena
ABC (Activity Based Costing) didesain sebagai alat pembuat keputusan strategis
dalam jangka panjang.
2.
ABC (Activity Based Costing systems) tidak menunjukkan biaya yang akan
dapat dihindari dengan menghentikan suatu produk.
ABC (Activity Based Costing systems) berusaha
untuk menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk,
namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh
keputusan tertentu.
3.
ABC (Activity Based Costing systems) memerlukan usaha pengumpulan data
melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal
Di perusahaan yang memiliki sejarah sukses
yang panjang dengan mengandalkan pada perhitungan biaya tradisional, akan sulit
untuk meyakinkan manajemen bahwa sistem perhitungan biaya baru dibutuhkan.
Solusi bagi masalah ini adalah untuk terus menggunakan sistem tradisional yang
selama ini sudah dikenal, dan melakukan eksperimen dengan ABC secara terpisah,
dengan cara menggunakannya pertama-tama untuk satu lini produk, satu fasilitas,
atau suatu kategori biaya seperti biaya departemen jasa.
Jika wawasan penting baru diperoleh dari eksperimen tersebut, manajer
menjadi yakin bahwa ABC (Activity Based Costing) pantas diterapkan secara luas.
Demikianlah ulasan kami mengenai apa itu Activity
Based Costing systems,
manfaat dan beberapa Kelemahannya, sekian dan terima kasih. (bisnisan.id)
Posting Komentar untuk "Definisi Activity Based Costing dan Penerapannya"