Manajemen Persediaan Perusahaan Industri
Manajemen Persediaan Perusahaan Industri - Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.
Misalnya : Perusahaan industri permintaan
kapas, bahan bakunya adalah kapas dari petani atau perkebunan, diolah menjadi
benang, benang merupakan barang jadi baginya. Sedangkan perusahaan industri
kain bahan bakunya adalah benang yang diolah menjadi kain sebagai barang jadi,
dan perusahaan industri pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain dan seterusnya.
Jenis Persediaan Perusahaan Industri
Dengan gambaran di atas maka persediaan
untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis
persediaan yaitu:
1.
Bahan baku (direct material)
2. Barang dalam proses ( Work in proses)
3. Barang jadi (Finished goods)
Bahan baku:
Barang persediaan milik perusahaan yang akan
diolah lagi melalui proses produksi, sehingga akan menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan
baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan
kegiatan produksi.
Barang dalam proses:
Barang dalam proses adalah barang yang masih
memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga persediaan
barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi, yaitu waktu yang
dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian
barang jadi. Perputaran persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek
lamanya produksi.
Dalam rangka memperpendek waktu produksi salah
satu cara adalah dengan menyempurnakan teknik-teknik rekayasa,
sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa dipercepat. Cara lain adalah
dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya sendiri.
Barang jadi:
Barang jadi adalah barang hasil proses
produksi dalam bentuk final sehingga dapat segera dijual, pada persediaan ini
besar kecilnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi
produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan
dengan cara mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk
resiko yang kecil (marginal risk).
Tetapi tidak peduli apakah barang-barang
tercatat sebagai persediaan atau sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus
tetap membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka menjualnya (dan tercatat
sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas
tinggal satu langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan risiko penagihan
piutang.
Dari uraian tersebut dapat kita artikan bahwa
dalam proses akuntansi persediaan, persediaan memerlukan adanya penilaian (valuation),
karena persediaan merupakan bagian dari cost yang akan dimatch dengan revenue,
dan akan menghasilkan income dan penyajian laporan arus kas.
Dengan melihat sifat-sifat dasar persediaan
dalam hubungannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan serta konsep dasar
akuntansi, maka persediaan merupakan input values. Metode tersebut merupakan
salah satu konsep penilaian terhadap inventory yang akan menjadi dasar dalam
penyajian di neraca.
Penekanan pembahasan tujuan teori akuntansi
terhadap inventory, adalah menentukan alternatif pedoman untuk
mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran) yang lebih
baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas perusahaan
dikemudian hari. Beberapa dasar pengukuran inventory dari segi kadar
interpretasi dan revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.
Tujuan penilaian inventory
Pertama adalah
dalam upayanya untuk mematch cost terhadap revenue yang berkaitan, sehingga
dihasilkan income, proses ini merupakan tujuan dasar akuntansi tradisional.
Penekanan pada perhitungan net income yang didasarkan kepada revenue pada saat
penjualan memerlukan adanya alokasi biaya ke periode di mana revenue
dilaporkan yaitu cost of goods sold.
Sedangkan nilai inventory yang belum terjual
akan dibawa ke periode berikutnya dalam laporan keuangan perusahaan. Jadi dalam
proses pengukuran income sangat mirip dengan ciri-ciri umum pada penilaian
prepaid expense dan aktiva tetap atau disebut penangguhan expenses, yaitu atas
dasar input prices, kemudian untuk menentukan nilai cost of goods sold dapat
juga dilakukan melalui perhitungan (rumus) yang lazim digunakan dalam
persediaan. Namun demikian dalam keadaan tertentu persediaan dinilai
berdasarkan output values (harga jual) untuk memperoleh penilaian income.
Tujuan kedua
pengukuran inventory lainnya adalah untuk menyajikan nilai barang-barang
perusahaan di dalam komponen neraca (laporan keuangan).
Tujuan ketiga
pengukuran inventory adalah membantu investor untuk memprediksi arus kas
dikemudian hari, yaitu dipandang dari jumlah inventory sebagai resources yang
akan mendukung arus kas dan jumlah inventory yang akan dijual kemudian hari dan
akan mempengaruhi arus kas keluar.
Penentuan kuantitas inventory
Untuk menentukan jumlah barang yang masih
dikuasai oleh perusahaan pada suatu saat dapat ditentukan melalui beberapa cara
yaitu:
1.
Stock opname: perhitungan barang
pada awal dan akhir periode yang dihitung, cara ini merupakan ketentuan yang
harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir,
sebagai salah satu persyaratan memperoleh unqualified opinion.
2.
Menggunakan metode pencatatan
perpetual.
3.
Menggunakan metode gabungan antara
metode pencatatan perpetual dengan stock opname.
4.
Menggunakan metode penilaian
berdasarkan hubungan agregatif,
yaitu gross profit method dan realized inventory method.
Penyajian laporan laba rugi dapat dibuat dalam
dua bentuk, yaitu all inclusive concept of income (AICI) dan current operating
concept of income (COCI). Dari kedua metode tersebut metode penyajian yang
banyak mengandung kelemahan untuk penyajian persediaan adalah AICI,
kelemahan-kelemahan tersebut dapat kita lihat sbb:
Metode stock opname atau periodic method
Persediaan yang merupakan komponen cost of
goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas persediaan yang dilakukan dengan
stock opname tergantung dari kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang.
Dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan
overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang
dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir.
Sehingga kalau terjadi adanya barang yang
hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak
terungkap akan menyebabkan laporan laba – rugi tidak atau kurang informative.
Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai kerugian extraordinary
item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara berkala tidaklah cukup
sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat.
Metode perpetual
Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan
pada saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan
yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun
perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang berdasarkan
catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya
persediaan yang rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan
jumlah inventory adalah kalau menggunakan metode gabungan antara metode
perpetual dengan stock opname.
Metode agregatif
Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan
yang dialami metode perpetual, kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah
penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau penentuan
jumlah dan nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.
Dasar penilaian persediaan
Penilaian persediaan pada prinsipnya ada dua
yaitu input values dan output values, sedangkan kedua konsep tersebut dapat
digunakan sesuai dengan siapa pemakainya dan tujuannya. Kalau untuk pembuatan
prediksi arus kas dikemudian hari lebih relevan kalau digunakan output values,
karena akan mencerminkan nilai perusahaan pada saat itu. Sedangkan kalau
kondisi nilai konversi tidak pasti seperti kondisi di Indonesia tahun 2023 lebih
relevan kalau digunakan input values, karena akan memungkinkan interpretasi
yang lebih baik sebagai prediksi arus kas di kemudian hari untuk
memperoleh persediaan kembali.
Demikianlah
bahasan sederhana kami mengenai manajemen persediaan
perusahaan industri
atau manufaktur. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Salam
sukses selalu (bisnisan.id).
Posting Komentar untuk "Manajemen Persediaan Perusahaan Industri"