Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia
Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia - Manusia memiliki sifat yang cenderung tidak pernah merasa puas terhadap apa yang diperoleh sehingga ia selalu merasa kurang dan terus mencari.
Bentuk dan keinginan ini sebagai pencarian
manusia untuk mengubah nasib hidup. Sehingga banyak umat manusia yang bekerja
dengan keras untuk mengejar tercapainya penghidupan yang layak termasuk
melupakan norma-norma yang berlaku.
Semua ini sering dilakukan dengan tujuan untuk
menampilkan perubahan dalam nasib hidupnya dan termasuk mengesampingkan
perasaan-perasaan yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Memang
nasib menjadi sesuatu yang sangat terlihat sementara perasaan sulit untuk
dilihat, karena perasaan tersimpan jauh di dalam hati.
Semakin keras seseorang bekerja maka semakin
baik ia mampu untuk mengubah nasibnya, maka perubahan nasib termasuk dengan
melakukan perubahan karakter. Yaitu dari karakter malas menjadi karakter yang
rajin.
Ini sebagaimana dikatakan oleh Sukrisno Agoes
dan I cenik Ardana bahwa, “Nasib seseorang mencerminkan karakternya, dan
karakter seseorang ditentukan oleh pikirannya, sedangkan pikiran seseorang
sangat dipengaruhi oleh perasaan / emosinya dan pada akhirnya tingkat
kematangan emosi/perasaan seseorang akan mencerminkan tingkat kematangan
kesadaran (spiritual) seseorang.”
Dalam diri setiap manusia memiliki semangat
motivasi dan berjuang demi mewujudkan mimpi-mimpi. Salah satu mimpi terbesar
umat manusia adalah merasa nyaman di mana pun ia berada, dan terpenuhi semua
keinginan yang diimpikan selama ini.
Bisnis dianggap sebagai salah satu jalan yang
bisa mendorong manusia untuk mempercepat memperoleh semua itu. Ini diperkuat
dengan pendapat dari berbagai pihak bahwa dengan kepemilikan bisnis yang
bersifat profitable menyebabkan seseorang memiliki peluang untuk meraih
keuntungan dari setiap keputusan dan pengalokasian keuntungan terutama memiliki
hak menikmati keuntungan tersebut.
Di sisi lain bisnis memiliki aturan yang harus
dipatuhi, dan aturan dalam bisnis dilahirkan atas kesepakatan-kesepakatan di
wilayah mana bisnis itu berada. Jika bisnis tersebut berada di negara yang
penduduknya beragama Islam maka etnis bisnis yang berlaku adalah etika bisnis
Islam, dan jika bisnis itu berada di provinsi Bali maka aturan dan etika bisnis
yang berlaku di sana etika bisnis dalam masyarakat Bali, yang notabene mereka
itu mayoritas beragama Hindu Bali.
Artinya kita memahami jika manusia diberi
kebebasan untuk menata dan membentuk tata kehidupannya menjadi lebih baik.
Namun etika yang berlaku di tempat dimana bisnis tersebut ingin tetap
mempertahankan aktivitasnya. Di sinilah peran penting etika bisnis dan tata kehidupan
manusia.
Memang manusia dianggap sebagai makhluk yang
paling berkuasa di atas muka bumi, ini dapat dilihat dari sisi psikologis
konsepsi manusia di berbagai sudut pandang.
McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat,
2011) mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang
manusia sebagai berikut:
1.
Psikoanalisis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh
keinginan-keinginan terpendam (homo volensi). Tokoh-tokoh aliran ini antara
lain: Freud, Jung, Abraham, Horney, dan Bion.
2.
Behaviorisme, yang menganggap manusia yang digerakkan semuanya oleh lingkungan
(homo mechanicus). Teori ini menyangkut manusia sebagai mesin (homo mechanicus)
karena perilaku manusia sepenuhnya ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori
ini disebut juga sebagai teori
belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia kecuali Insting-adalah
hasil belajar (dari lingkungan). Tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain:
Hull, Militer dan Dollard, Rotter, Sklinner, serta Bandura.
3.
Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens).
Manusia tidak lagi dianggap sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap
lingkungannya. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain: Lewin, Heider, Festinger,
Piaget, dan Kohlberg.
4.
Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan
strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Teori ini menunjukkan
pentingnya hubungan seseorang dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi,
bukan sebagai pribadi dengan benda. Dengan kata lain, yang ditekankan adalah
hubungan subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek. Tokoh-tokoh aliran ini,
antara lain: Rogers, Combs dan Snygg, Maslow, May, Satir, serta Peris.
Ada yang beranggapan bahwa manusia memiliki
prinsip homo homoni lupus, yaitu manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
Kaidah ini berlaku dari sisi rasa ambisius manusia untuk meraih keuntungan
tanpa memikirkan nasib orang lain dan lebih mengutamakan kesenangan bagi
dirinya.
Dalam konteks ilmu kepemimpinan
ini dikenal dengan sikap otoriter. Sikap otoriter artinya sebuah usaha kuat
untuk mencapai sesuatu secara totalitas dan tidak pernah puas sebelum ia
benar-benar mendapatkan apa yang diinginkannya.
Karakteristik kepemimpinan bergaya otoriter
ini pernah dimiliki oleh Adolf Hitler, Firaun, dan beberapa pemimpin otoriter
lainnya. Dan kita tahu bagaimana banyaknya korban jiwa yang timbul akibat sikap
otoriter mereka.
Kasus penebangan pohon yang akhirnya
menyebabkan timbulnya banjir bandang merupakan bukti nyata dari sikap otoriter
manusia yang begitu ingin menguasai kekayaan alam namun menghiraukan akibat
yang akan terjadi. Sering akibat yang terjadi tersebut tidak menimpa mereka
yang meraih keuntungan di sana, tapi menimpa pihak lain yang berada di sekitar
sana.
Contoh lain efek dari penebangan pohon yang
begitu tinggi telah menyebabkan banjir bandang bahkan lebih jauh timbulnya
pemanasan global (global warming). Dunia saat ini merasakan perubahan
iklim yang terjadi secara global dan itu telah menimpa banyak orang yang hidup
di berbagai belahan dunia, seperti timbulnya cuaca ekstrem yang lebih panas
dari biasanya. Sementara manajemen pencegahan dari suatu akibat sering
dilakukan atau dirancang setelah masalah itu terjadi.
Memang fakta dan kenyataan jika perusakan
tatanan kehidupan banyak terjadi di negara berkembang, karena perangkat aturan
di negara berkembang yang belum baik dalam bentuk konsep hingga aplikasi. Dan
ini semakin diperparah oleh masih rendahnya nilai sumber daya manusia (SDM)
di negara
berkembang, ini tergambarkan dari tingkat
pendidikan rata-rata masyarakat. Sementara kita pahami bersama jika pendidikan
memegang peran penting dalam mendorong terbentuknya manusia yang berbudaya dan memiliki
peradaban tinggi.
Salah satu persoalan yang terjadi di negara
berkembang ketika negara tidak sepenuhnya menyediakan dan memberikan fasilitas
yang mendukung ke arah penciptaan kesejahteraan rakyat. Masih kurangnya
fasilitas seperti rumah sakit yang lengkap, pasar modern, angkutan umum yang
memadai, sekolah yang berkualitas dan berbagai prasarana lainnya. Kondisi ini
dilihat oleh pihak swasta sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dan sudah tentu
ada sisi keuntungan (profit) di sana.
Persoalan menjadi semakin rumit pada saat
sektor swasta yang melakukan bisnis di sana semakin tidak terkontrol, dan
ekspansi bisnis yang dilakukan semakin mengindahkan nilai-nilai etika bisnis.
Sementara ketika bisnis semakin besar dan para pebisnis tersebut memiliki nilai
finansial besar untuk ikut mempengaruhi jalannya pemerintahan.
Ini akan menyebabkan sebuah masalah
tersendiri. Sehingga wajar jika kasus dalam pembuatan undang-undang dan
berbagai peraturan lainnya dibuat dengan kurang memperhitungkan rasa
nasionalisme atau kecintaan pada rakyat kecil, namun dibuat lebih pada bentuk
memihak para pengusaha.
Apalagi jika negara memiliki banyak utang, dan
sibuk bekerja bagaimana melunaskan pinjaman yang sudah jatuh tempo tersebut,
termasuk memiliki utang dalam mata uang asing yang cenderung bersifat
fluktuatif. Penafsiran fluktuatif di sini adalah pada saat mata uang domestik
sering mengalami kelemahan dibandingkan dengan mata asing, ini dalam konteks
nilai tukar, sementara kewajiban membayar cicilan dalam bentuk mata uang asing.
Kasus ini dapat kita lihat pada ditempatkannya
tenaga karyawan kontrak untuk bekerja di berbagai sektor bisnis. Dimana
karyawan kontrak tersebut dimisalkan masa kontrak adalah 1 (satu) tahun maka
akan diperpanjang lagi jika pihak manajemen perusahaan merasa menginginkan
untuk memperpanjang masa kontrak tersebut. Dan sebaliknya jika pihak manajemen perusahaan
tidak berkenan lagi maka kontrak tidak akan diperpanjang lagi.
Yang lebih parah lagi termasuk aturan-aturan
dalam perjanjian kerja kontrak tersebut tidak dijelaskan tentang uang pesangon
dan berbagai fasilitas jaminan lainnya.
Dalam konsep etika bisnis ini dianggap sangat
tidak etis dan benar-benar tidak menghargai manusia dalam konteks sebagai
pekerja yang telah berbakti pada perusahaan. Namun karena kenyataan pemerintah
tidak memberi tersedianya lapangan pekerjaan yang layak dan sektor swasta
memiliki kesempatan memanfaatkan kondisi tersebut.
Ini dapat kita lihat sebagai contoh nyata
mengapa pelanggaran etika bisnis bisa terjadi. Yaitu pada saat negara dengan
perangkatnya lemah dalam mengontrol serta membiarkan perusahaan dengan konsep
profit oriented mengambil kesempatan. Yang harus diingat bahwa kesempatan tidak
akan datang jika peluang itu tidak akan tersedia, dan begitu pula sebaliknya.
Buku Digital Etika Bisnis
Untuk informasi lebih lengkap dan detail
tentang etika bisnis dan tata kehidupan manusia , Anda bisa membaca buku
digital etika bisnis yang sudah kami siapkan di bawah ini:
Demikianlah informasi dari kami tentang etika
bisnis dan tata kehidupan manusia. Semoga bermanfaat, selamat berbisnis (bisnisan.id).
Posting Komentar untuk "Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia"